YSAI AIP Seminar Series Pengelolaan Budidaya Udang Vaname dalam Menghadapi Penyakit AHPND

AIP seminar Series merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan YSAI bersama dengan ASTIN Situbondo dalam Program Aquaculture Improver Program. Kegiatan AIP ini didukung oleh Aquaculture Stewardship Council (ASC) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petambak dari sisi praktis maupun teknis, sehingga dapat menghasilkan produk udang yang memiliki daya saing di para international serta menciptakan suatu kawasan budidaya udang yang berkelanjutan.

Pada sesi seminar kali ini  tema yang disajikan adalah pengelolaan budidaya udang dalam menghadapi Penyakit AHPND. Seminar ini dilaksanakan di Hotel Ijen View Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 25 Januari 2022 yang dihadiri oleh sekitar 120 peserta dari berbagai stakeholder Budidaya udang vaname, narasumber dari kegiatan ini menghadirkan Bambang Hanggono S.Pi., M.Sc dari BPBAP SItubondo dan Agus Martanto yang merupakan Teknisi dari tambak watukebo banyuwangi yang telah berhasil mengahadapi penyakit AHPND sehingga bisa meningkatkan produktivitas budidaya udang vaname,

Dalam beberapa waktu terakhir industri budidaya udang sedang mengalami beberapa kendala dengan merebaknya penyakit AHPND pada udang. AHPND adalah penyakit yang disebabkan adanya infeksi bakteri vibrio parahaemolyticus (Vp AHPND) yang mampu memproduksi toksin dan menyebabkan kematian pada udang dengan mortalitas mencapai 100%. Kematian akibat AHPND terjadi pada umur kurang dari 40 hari setelah ditebar di tambak. Agus Martanto menyampaikan beberapa gejala klinis pada udang yang terinfeksi penyakit AHPND diantaranya adalah Kematian terjadi pada awal penebaran benur di tambak (kurang lebih 30 – 35 hari), dalam beberapa kasus, terjadi infeksi AHPND pada udang dengan ukuran siap panen (10 – 20 gram). Diduga terjadi karena penularan dari petakan tambak yang sudah terlebih dahulu terinfeksi AHPND, udang mati di dasar tambak, udang yang terinfeksi mengalami “soft shells” serta usus kosong atau hanya terisi Sebagian dan Hepatopankreas berwarna pucat sampai putih dikarenakan adanya kehilangan pigmen.

Menurut Bambang Hanggono, S.Pi., M.Sc Strategi dalam pencegahan dan penanganan penyakit AHPND memiliki peranan krusial dalam kelangsungan proses budidaya udang. Beberapa strategi pencegahan yang bisa dilakukan adalah persiapan lahan tambak yang baik (pengeringan, pengapuran, pembuangan sedimen dll), penerapan biosekuriti yang ketat, penebaran dengan kepadatan optimal, melakukan monitoring lingkungan tambak secara berkala terutama pada saat awal tebar, penggunaaan pakan yang optimal dan tidak over feeding, Penebaran benur yang bebas AHPND melalui uji PCR maupun reatime PCR,  melakukan monitoring Vibrio koloni kuning  < 1000 CFU/1 gram  dan Vibrio koloni hijau  < 100 CFU/1 gram, mensiasati penebaran benur dengan umur dengan usia Post larva > 12 hari, penerapana polikultur budidaya udang dengan ikan Nila, penggunaan probiotik Bacillus mapun Lactobacillus selama pemeliharaan, penggunaan teknologi bioflok sistem semi closed recirculation, meminimalisir adanya blue green alga, penerapan instalasi pengolah air buangan tambak juga sangat berperan penting dalam penanganan penyakit AHPND.

Pada tambak yang terinfeksi AHPND sebaiknya melakukan Eradikasi yaitu penghilangan atau pembunuhan udang yang terjangkit agar tidak menyebar dan meluas, hal ini bisa dilakukan dengan cara udan yang terdeteksi positif AHPND langsung didesinfeksi dengan kaporit 100 ppm selama 3-7 hari, kemudian udang tersebut dikumpulkan dan dikubur agar tidak menyebabkan penularan, melakukan pembersihan pada kolam dan untuk kolam tanah di desinfeksi menggunakan kaporit 100 ppm,pembesihan juga dilakukan pada peralatan pendukung tambak seperti kincir, anco, dan peralatan lainnya, selain hal diatas juga harus melakukan pengeringan dan pembersihan dengan pemberian kapur toho dengan dosis 2 ton/Ha di saluran inlet dan outlet serta tandon dan IPAL.

Penerapan beberapa SOP seperti SOP SOP Pengambilan Sampel di Hatchery dan Tambak SOP Pengujian Sampel, SOP Pencegahan AHPND di Hatchery dan Tambak, SOP Eradikasi di Hatchery dan Tambak, SOP Rehabilitasi di Hatchery dan Tambak dengan tepat dan ketenangan dalam mengahadapi AHPND dapat mengendalikan pencegahan penyakit AHPND sehingga proses budidaya masih bisa berlangsung dan hasil produksi masih bisa dimaksimalkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *