Program Pengembangan Budidaya Perairan di Lokasi Restorasi Gambut Kerjasama Yayasan Sustainaqua Indonesia dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove

Latar Belakang

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), luas lahan gambut di Indonesia mencapai 13,43 juta hektare (ha) pada 2019. Lahan gambut tersebut tersebar di empat pulau di Indonesia. Sumatera memiliki luas lahan gambut terbesar di Indonesia mencapai 5,85 juta ha. Setelahnya ada Kalimantan yang memiliki lahan gambut seluas 4,54 juta ha. Kemudian, lahan gambut di Papua tercatat seluas 3,01 juta ha. Pulau keempat di Indonesia yang memiliki lahan gambut adalah Sulawesi. Luasnya mencapai 24.783 ha. Sementara, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku tak memiliki lahan gambut.

Adapun, lahan gambut memiliki fungsi penting dalam mencegah perubahan iklim dan bencana alam. Pasalnya, lahan gambut mampu mengikat 30% jumlah karbon di dunia agar tidak terlepas ke atmosfer. Tak hanya itu, lahan gambut juga menjadi ekosistem biodiversitas penting. Di dalam lahan gambut, tumbuh berbagai jenis flora dan fauna, seperti ikan, burung air, hingga orang utan.

Tantangan utama yang dihadapi adalah laju kerusakan ekosistem gambut dan mangrove yang hingga saat ini masih melebihi laju upaya rehabilitasi yang dilakukan. Adapun kerusakan tersebut disebabkan karena banyaknya ancaman baik dari faktor alam seperti kenaikan tinggi muka air laut, hantaman gelombang, dan bencana tsunami; maupun faktor manusia seperti, kepentingan pembangunan wilayah dan pengembangan infrastruktur ekonomi, pembukaan kawasan pemukiman baru, pembukaan area budidaya tambak terutama di ekosistem mangrove, aliran limbah kimiawi, illegall loging, dan over cutting. Untuk itu, kegiatan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove tidak bisa hanya berfokus pada perbaikan secara fisik saja, namun juga harus ada perbaikan secara sosial maupun ekonomi didalamnya.

Seperti pada konsep triple bottom line, kegiatan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove juga memadukan aspek sosial, lingkugan, dan pertumbuhan ekonomi. Untuk itu kelompok masyarakat yang turut andil dalam kegiatan pembasahan areal gambut diberi bantuan revitalisasi ekonomi. Setidaknya selama tahun 2017 sampai dengan 2021, sebanyak 2.295 kelompok masyarakat di areal restorasi gambut sudah terevitalisasi melalui pemberian modal usaha berbasis lahan seperti pertanian dan peternakan, berbasis air seperti perikanan, dan jasa lingkungan seperti ekowisata. Kegiatan revitalisasi tersebut, bukan hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, namun juga berhasil mengubah perilaku masyarakat dalam kegiatan restorasi gambut dan rehabilitasi mangrove.

Hasil evaluasi terhadap kelompok-kelompok penerima program revitalisasi ekonomi di Kalimantan Barat menunjukan bahwa hanya 10% kelompok masyarakat yang dapat mengembangkan usahanya, sedangkan 73% lainnya bertahan dan 17% kelompok usaha lainnya sudah berhenti. Kondisi tersebut kurang lebih dapat menggambarkan kondisi kelompok masyarakat di Provinsi lain. Sehingga untuk memfasilitasi kelompok yang sudah berkembang tersebut dan demi mendorong kelompok bertahan untuk dapat mengembangkan usahanya, maka kelompok-kelompok tersebut diberikan kegiatan inkubasi bisnis. Sasaran target program inkubasi bisnis adalah Kelompok Masyarakat yang sebelumnya menerima program R3. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut diklasterkan berdasarkan jenis komoditi usaha dan lokasi geografisnya. Kegiatan inkubasi bisnis ini diharapkan dapat memberikan pendampingan pengembangan usaha yang lengkap dan komprehensif hingga kelompok tersebut dapat menjadi kelompok yang mandiri. Dalam pelaksanaannya, program ini diselenggarakan dalam bentuk kerjasama swakelola antara Kedeputian Bidang Pemberdayaan Masyarakat BRGM dengan mitra
pendamping.

Tujuan Kegiatan

Kegiatan inkubasi bisnis ini kerjasama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove dengan Yayasan Sustainaqua Indonesia bertujuan untuk memberikan pendampingan usaha yang lengkap dan komprehensif kepada kelompok masyarakat penerima program revitalisasi ekonomi di lokasi restorasi gambut. Adapun kegiatan pendampingan tersebut dimulai dari penguatan internal, analisis rantai pasar, pengembangan produk, manajemen keuangan kelompok, pemasaran produk, hingga kemitraan.

Output yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari kegiatan inkubasi bisnis ini antara lain:

  1. Terbentuknya suatu model usaha masyarakat produktif.
  2. Tercipta dan atau tersalurkannya produk usaha Pokmas pada suatu platform promosi dan pemasaran.
  3. Kelompok usaha dapat terhubung dengan offtaker dalam rantai pasar baik pemodal maupun pembeli sehingga dapat menjadi kelompok yang mandiri.
  4. Peningkatan pendapatan Pokmas dari kegiatan usaha tersebut yang terukur, minimal
    sebesar 5%.

Metode Pelaksanaan

Program inkubasi bisnis ini dilakukan dalam bentuk pendampingan on-site terhadap kelompok masyarakat yang sudah dipilih berdasarkan kondisi usahanya dan kontribusinya dalam pembuatan dan pemeliharaan infrastruktur pembasahan gambut (IPG). Komoditas usaha dari kelompok tersebut diklasifikasikan menjadi Komoditas Pertanian, Komoditas Peternakan, Komoditas Perikanan, Komoditas olahan hasil pertanian, peternakan, atau perikanan dan komoditas produk kriya. Kerjasama yang dilakukan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove dengan Yayasan Sustainaqua Indonesia khusus untuk komoditas Perikanan dalam hal hal ini Budidaya ikan air tawar dan budidaya udang. Komposisi kegiatan pendampingan yang diberikan meliputi kegiatan berikut:

Inisiasi dan Penguatan Internal

Meliputi kegiatan penilaian kondisi eksisting kelompok, pemberian motivasi pengembangan usaha melalui metode temu champion/study tour dan metode lainnya, penentuan tujuan usaha, identifikasi kebutuhan kelompok, dan penguatan kelembagaan internal kelompok.

Analisis Rantai Pasar dan Pengembangan Produk

Meliputi kegiatan pemetaan komoditas dan analisa rantai pasar, pemetaan bahan baku dan inovasi produk, perencanaan produksi, praktik peningkatan kualitas/pembuatan inovasi produk, kemasan dan pelabelan. Mahalnya harga pakan terutama untuk perikanan tawar memunculkan inovasi baru oleh kelompok yaitu pengembangan maggot sebagai pakan alternative yang menpunyai kandungan protein tinggi dan dapat diproduksi dari pemanfaatan limbah rumah tangga.

Manajemen Keuangan Kelompok

Meliputi pendampingan perhitungan biaya produksi dan penetapan harga jual, literasi keuangan seperti pembukuan dan akses ke pembiayaan.

Pemasaran Produk

Meliputi pendampingan strategi branding dan pemasaran, startegi penjualan dan distribusi, pengurusan izin edar (PIRT/MD) dan sertifikat halal, validasi pasar, praktik presentasi penjualan (Sales pitch), dan kegiatan mempertemukan pokmas dengan calon pembeli maupun pemodal.

Pemberdayaan Keluarga Petani ikan/udang

Pendamping yang ditempatkan di lapangan juga melatih istri-istri anggota kelompok untuk membuat produk olahan dari ikan seperti kerupuk ikan. Ibu-ibu anggota kelompok juga diajarkan cara membuat VCO yang bahan utamanya adalah kelapa yang banyak ditemukan dilokasi kegiatan.  Hal ini dimaksudkan agar produk yang dihasilkan mempunyai nilai  tambah dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.

Kemitraan
Meliputi pembuatan MoU kerjasama antara pokmas dengan offtaker yang berada dalam rantai pasar baik pemodal maupun pembeli. Kelompok juga  difasilitasi untuk mendapatkan bantuan modal dari instasi pemerintah yang terkait dengan pengembangan budidaya perikanan.

Kelompok Target

Kelompok masyarakat yang akan menjadi target dari kegiatan ini adalah

  1. Kelompok Masyarakat Maju Bersama.

Pokmas Maju Bersama berada di Desa Pematang Raman Kabuapaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Kegiatan yang dilakukan adalah Budidaya ikan air tawar dengan metode Bioflok. Pokmas juga melaukan pengembangan budidaya maggot sebagai pakan alternative.

  1. Kelompok Masyarakat Tanjung Harapan

Pokmas Tanjung Harapan berada di desa Tanjung Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi. Kegiatan yang dilakukan adalah Budidaya ikan di keramba jaring apung. Pokmas didorong untuk mengembangkan budidaya maggot sebagai pakan alternative.

  1. Kelompok Masyarakat Tunas Muda Mandiri

Pokmas Tunas Muda Mandiri berada di desa Nilau Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Kegiatan yang dilakukan adalah budidaya air tawar dengan metode bioflok. Pokmas juga mengembangkan budidaya maggot sebagai pakan alternative.

  1. Kelompok Masyarakat Generasi Peduli Gambut.

Pokmas Generasi Peduli Gambut berada di Kelurahan Pelintung Kota Dumai Provinsi Riau. Pokmas.  Kegiatan yang dilakukan adalah budidaya udang vaname. Pokmas juga dilatih untuk membuat produk olahan dari udang seperti kerupuk udang.

  1. Kelompok Masyarakat Mundam Jaya Makmur.

Pokmas Mundam Jaya Makmur berada di kelurahan Mundam Kota Dumai Provinsi Riau. Kegiatan yang dilakukan adalah budidaya udang vaname . Pokmas juga dilatih untuk membuat produk olahan dari udang seperti kerupuk udang. Pokmas juga melakukan penanaman mangrove di dekat lokasi budidaya udang.

 

Penutup
Program ‘Pengembangan budidaya Peraiaran Untuk Klaster Kelompok Masyarakat di Lokasi Restorasi Gambut’ menjadi bagian penting dalam upaya pelaksanaan restorasi gambut. Program ini tidak hanya mengembangkan usaha Kelompok Masyarakat tetapi juga menigkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga gambut dengan tetap memelihara infrastruktur pembasahan gambut yang ada di desa tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *