YSAI dan FUI Road Show ke Jawa Timur Sosialisasi Budidaya Udang Vanamei Yang Berkelanjutan

Udang merupakan komoditas unggulan bidang budidaya perikanan yang prospeknya cerah.
Lokasi budidaya udang sendiri secara umum sekarang ini sudah tersebar hampir di seluruh
daerah di Indonesia. Banyaknya masyarakat yang mulai membudidayakan udang ini karena
munculnya kesadaran mereka akan potensi udang yang sangat mahal harganya baik di pasar
domestic maupun pasar ekspor. Terlebih, potensi pengembangan budidaya udang ini sangat
terbuka karena Indonesia memiliki perairan yang sangat mendukung budidaya tambak.
Berdasarkan data yang diperoleh dari KKP tahun 2019 capaian produksi udang nasional adalah
517.397 ton dan ditargetkan mengalami kenaikan sebesar 250 % pada tahun 2024 menjadi
sebesar 1.290.000 ton. Volume ekspor udang di 2019 sekitar 207.000 ton, dan  target ekspor
udang di 2024 sekitar 405.000 ton.
Untuk mendukung tercapainya peningkatan produksi udang Nasional, Forum Udang Indonesia,
bekerjasama dengan Yayasan Sustainaqua Indonesia, USSEC dan Hatfield Indonesia melakukan
kegiatan Sosialisasi 14 SOP Budidaya Udang Vaname yang baik dan benar di 3 kabupaten di
Jawa Timur dari tanggal 7 – 9 Desember 2021. Dipilihnya Provinsi tersebut, karena Jawa Timur
di kenal sebagai salah satu sumber produksi Udang Vaname terbesar di Indonesia. Adapun
Kabupaten yang dipilih adalah Lamongan (7 desember 2021), Tuban (8 desember 2021) dan
Situbondo (9 desember 2021). Kegiatan ini juga melibatkan Dinas Kelautan dan Perikanan
setempat.
Pembicara utama untuk sosialisasi SOP Budidya Udang Vaname adalah Professor Sukenda.
Selain sebagai dosen IPB beliau juga berprofesi sebagai petambak udang di Kalianda, Lampung.
Adapun 14 SOP Budidaya Udang Vaname yang disosialisasikan adalah sebagai berikut
1. Legalitas tambak
2. Pemilihan Lokasi, Tata Letak dan Konstruksi Tambak
3. Persiapan Tambak
4. Pemasukan air
5. Pemilihan dan Penebaran Benur
6. Manajemen Kualitas Air dan Dasar Tambak
7. Pakan dan Manajemen Pemberian Pakan
8. Manajemen sampling
9. Manajemen Kesehatan Udang dan Lingkungan
10. Pasca Panen
11. Pengelolaan Biosekuritas
12. Manajemen Keamanan Pangan
13. Aspek Sosial dan Ekonomi
14. Dokumentasi dan Traceability

Dapat terlihat bahwa 14 SOP Budidaya udang vaname yang disosialisasikan terbagi menjadi 2
aspek yaitu teknis dan non Teknis. Dari aspek non teknis seperti masalah legalitas sampai saat
ini menjadi salah satu penghambat terciptanya iklim yang kondusif untuk investasi di sector
budidaya udang. Ada 21 perijinan yang harus dimiliki oleh petambak untuk berproduksi. FUI
sendiri sudah menyampaikan kepada pemerintah untuk memangkas dan mempermudah
perijinan dengan tetap memperhitungkan dampak terhadap kelestarian lingkungan jika
menginginkan terciptanya peningkatan produksi udang nasional di tahun 2024. Aspek non
teknis yang juga harus diperhatikan adalah aspek social. Bagaimana keberadaan tambak harus
memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar tambak. Perekutan tenaga kerja
hendaknya melibatkan masyarakat local sehingga tidak menimbulkan gejolak social.
Dari aspek teknis, dengan semakin pedulinya konsumen terhadap isu kesehatan dan lingkungan
pembicara mendorong agar petambak mulai menyiapkan IPAL di tambak, menjaga ekosistem
mangrove dan menghindari penggunaan antibiotic dalam berproduksi. Keberadaan IPAL tidak
hanya dilihat sebagai peningkatan biaya produksi tapi hendaknya dilihat sebagai upaya
menjamin keberlanjutan produksi udang. Pembicara mengingatkan bahwa competitor
petambak saat ini bukanlah antara petambak local dengan petambak local, tapi sudah lintas
negara. Apabila petambak di negara lain sudah menerapkan standar sesuai dengan yang
diinginkan oleh konsumen bisa dipastikan konsumen akan mengambil sumber udang dari
Negara tersebut.
Kendala lain yang dihadapi adalah semakin banyaknya jenis penyakit yang menyerang budidaya
udang. Apabila periode sebelumnya penyakit yang menyerang udang didominasi jenis virus,
saat ini penyakit didominasi oleh bakteri. Oleh karena itu pembicara menyarankan agar
petambak menerapkan SOP budidaya dengan benar sebab apabila udang sudah terserang
penyakit tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya kecuali panen. Pembicara juga
memotivasi petambak agar tidak putus asa menghadapi penyakit bahkan mensyukurinya sebab
hikmah adanya penyakit membuat harga udang menjadi mahal dan stabil. Pembicara juga
menekankan pentingnya memperoleh benur yang berkualitas, bahkan menurut beliau 50%
kesuksesan budidaya udang ditentukan oleh benur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *